No Lye = No Soap

Sabun buatan sendiri adalah sabun yang bisa dikatakan berkelas karena bahan-bahan yang digunakan. Memang ada satu bahan berbahaya yang dipakai saat proses pembuatan sabun yaitu soda api. Tujuannya untuk mengikat air dan minyak untuk menjadi sabun. Sabun akan melewati fase curing sebelum akhirnya digunakan.

Saya sendiri sudah lama meninggalkan sabun pabrikan, hanya pakai saat kepepet. Sabun handmade natural ini dari kala beli sampai akhirnya bisa saya buat sendiri, sama sekali tidak menimbulkan iritasi kulit, malah sabun natural dapat membuat kulit saya tetap lembab di usia saya yang sudah kepala tiga.

Sabun natural merupakan pilihan bijak untuk berkontribusi pada alam karena kita mengurangi pemakaian bahan kimia yang bisa terbuang ke alam. Dan juga tubuh bisa menjadi lebih sehat karena bahwasannya kulit menyerap seperti spon, jadi apa saja yang kita aplikasikan ke kulit akan terserap ke dalam tubuh. Bahan-bahan yang non kimia pastinya akan lebih baik bagi tubuh.

*curing adalah fase dimana sabun diangin-anginkan, dibiarkan dalam jangka waktu tertentu agar soda api menguap).

2014-11-30 001 2014-11-30 008 Jasmine Soap

Over the years that I have been making soap, there have always been questions customers have for me about my products. Today I am addressing the most frequent question I receive about my SOAP!

“Do you use LYE to make your soap?” My Answer is YES!

Yes, I use LYE to make my soap BUT the soap no longer contains Lye once it has combined with the oils and cured!

Without LYE, also known as Sodium Hydroxide, you cannot have soap!! Even glycerin bars, melt & pour bars, liquid soap…….ALL SOAP requires either Sodium Hydroxide(LYE for bar soap) or Potassium Hydroxide(LYE for Liquid soap) to make it soap. You see, Sodium Hydroxide is a chemical that is harmful ALONE! When you combine it with the right ratio of oils & water, it binds to the molecular structure of each producing a COMPLETELY different element, SOAP!

The end…

View original post 640 more words

Roti Isi Tempe Ala Western

Ini dia menu tempe western yang baru jadi fave saya. Nga perlu bahan daging untuk sajian wuenak lho!

roti isi tempe
                                                                                     Foto sebelum roti saya lipat dua menjadi segitiga 🙂
Bahan Isi:Tempe -/+ 220 gram (potong dadu)
1 Paprika kuning, buang bijinya dan potong memanjang
4 siung bawang putih ukuran sedang, geprek, cacah halus
Sejumput garam
Sedikit minyak sehat untuk menumis
1 sdm kecap manis

Cara:Tumis paprika -/+ 2 menit, masukkan tempe, tambahkan sedikit kecap manis -/+ 1 sdm. Masak sampai tempe kecoklatan dengan api kecil. Masukkan sisa bahan-bahan. Aduk rata dan tumis sampai matang.

Bahan saus:

1/2 cup saus tomat,
2 sdm brown sugar,
1 sdt garam,
1/2 sdt cabai bubuk,
1/4  sdt bubuk lada hitam,
1/2 cup air matang.

Cara:

Campur dan masak seluruh bahan dengan api sedang. Kecilkan api saat mulai mendidih, lalu masak -/+ 5 menit.

Fill your bread and buns with tempe!!

Pendidikan.. Haruskah di Sekolah?

image-open bookPendidikan = sekolah. Itu format yang biasa ditemui secara umum, lain kata mainstream, mengikuti arus yang kebanyakan orang lakukan. Apa iya mendapat pendidikan harus bersekolah?. Jawabnya tentu tidak. Pemikiran yang terbatas itu pernah terjadi pada saya, manakala sejak kecil taunya ya bersekolahlah supaya pintar (baca: berwawasan). Nyatanya dikeseharian kita, setiap jamnya, bahkan menitnya, ada saja pelajaran yang mungkin saja kita dapat. Melihat pengalaman pon-pon alias keponakan yang bersekolah formal dan sudah menjalani UN SD, mereka pada nangis karena stres!. Itu baru satu alasan saja. Belum lagi jam belajar yang makin naik kelas, makin sore pulangnya. Mulai level Taman Kanak-Kanak sudah harus bisa calistung. Hakekatnya usia anak TK ya bermain, menumbuhkan atau mengasah keterampilan non-akademisnya. Hal lain mengenai biaya sekolah yang bisa dipakai untuk mencicil kredit rumah + kendaraan pribadi pertahunnya *wiiihhh muahalnya. Walau tentu saja soal hitung-hitungan kantong relatif besar kecilnya. Sekarang anak masuk kelas 1 SD, bukan baru belajar calistung. Para guru SD sudah terima jadi anak didiknya, berlanjut pada mata pelajaran yang berjejer dengan mayoritas hafalan. Secara psikologis, mampukah anak usia TK dan awal SD menjalani pendidikan formalnya tanpa hambatan?. Jawabannya akan bervariasi sesuai kemampuan si anak sendiri.

Continue reading “Pendidikan.. Haruskah di Sekolah?”

Kulit Menyerap Seperti Spon

image-skin layerKulit merupakan organ terbesar manusia. Ia berpori dan mempunyai sifat seperti spon, cepat menyerap sesuatu. Saat kita mengaplikasikan produk perawatan tubuh, kulit kita menyerapnya, tidak terkecuali zat kimia yang terkandung dalam suatu produk kecantikan. Pemakaian produk kecantikan berkimia yang terlalu banyak dan terus-menerus (jangka panjang), membuat tubuh kita menyimpan zat-zat berbahaya itu. Zat berbahaya yang masuk kedalam tubuh belum tentu dapat dipecah/dikeluarkan dan akan tersimpan dalam lemak, atau bahkan tersimpan didalam otak kita. Racun yang terakumulasi dapat menimbulkan penyakit.

Setelah membaca keterangan di atas, kelak kita akan berpikir bahwa kulit bayi, khususnya bayi baru lahir adalah kulit yang sangat tipis dan sensitif. Saking tipisnya, kadang kala tampak blood vessels dipermukaan kulitnya.

Continue reading “Kulit Menyerap Seperti Spon”

Menjadi Vegetarian Atau Vegan?

Wah kalau ini berat… Sampai detik ini belum bisa membayangkan apa iya saya akan bisa sepenuhnya jadi ‘kelinci’?. Yang sudah saya lakukan adalah mengurangi konsumsi daging putih dan daging  merah sebanyak saya bisa. Jadi ingat saya pernah membaca ini:

“Hewan memangsa karena mereka butuh makan untuk bertahan hidup. Lalu apa manusia makan daging untuk bertahan hidup?”

Benar juga ya?!.

image-veggies

 
Continue reading “Menjadi Vegetarian Atau Vegan?”

Green Lifestyle–Sudah Mulai Atau Belum? (Part 2)

Green ecology bulb in open hands

Alter To The Love Me-Love Earth Products
Mengganti beberapa produk perawatan harian seperti sabun, sampo, pasta gigi, lotion; produk pembersih seperti sabun cuci dan cairan pel. Mereka merupakan produk non-kimia, aman bagi kesehatan dan bagi alam. Produk dimana saya biasa beli, hanya dibuat berdasarkan pesanan, karena masa kadaluarsanya yang pendek dipengaruhi kandungan bahan alami (tanpa pengawet). Kendalanya hanya harga yang masih belum bersahabat dengan kantong, jadi saat tidak sanggup membeli, ya terpaksa pakai produk yang biasa. Please kindly visit http://www.gms.hadeyazah.org for safe products options 🙂

Continue reading “Green Lifestyle–Sudah Mulai Atau Belum? (Part 2)”

Green Lifestyle–Sudah Mulai Atau Belum? (Part 1)

image-green-footstep

The quality of life is determined by it’s activities. –Aristotle-

Apa Saja Yang (sudah/akan) Saya Lakukan?


Maybe not as green as we want it to be, but do as much as possible. Material is easy to get and easy to go. But ethics and moral are important. -Nadya Hutagalung- at a TV Show.
Continue reading “Green Lifestyle–Sudah Mulai Atau Belum? (Part 1)”

3R–Recycle, Recycle, Recycle?

image-3R


“What is right is not always popular and what is popular is not always right.”Albert Einstein 

So why not make what is right and popular?

Gaung konsep 3R sudah mendunia, terdiri dari Reduce, Reuse, Recycle. Namun mengapa yang lebih terkenal adalah Recycle ya? Yang terpenting justru Reduce, mengurangi atau menekan pemakaian suatu barang yang akan menjadi sampah.
Lalu ada Reuse, pemakaian kembali suatu barang untuk menghindari penambahan barang dan sampah, serta akan menghemat biaya daripada terus membeli sesuatu yang kalau dipikir-pikir sebenarnya tidak perlu.
Baru yang terakhir adalah Recycle, saat sampah akan diolah ulang untuk menjadi produk baru.
Continue reading “3R–Recycle, Recycle, Recycle?”

What Is Your Conscious Green Concept?

image-question-mark Bagi saya, konsep hijau adalah kesadaran, bahwa hidup sebaiknya berselaras dengan alam, mengubah kebiasaan harian kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Fakta Sampah Indonesia 2012

THE UGLY TRUTH [www.suarapembaruan.com|Kamis, 15 Nopember 2012] “Volume sampah di Indonesia  sekitar 1 juta meter kubik setiap hari, namun baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Jadi,  sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 348.000 meter titik atau sekitar 300.000 ton.

“Jika Gelora Bung Karno (GBK) dijadikan tempat sampah, maka dalam sehari sepertiga GBK bisa diisi  sampah yang tidak terangkut tersebut. Kalau semua sampah yang tidak terangkut ditampung di tempat sampah sebesar GBK, maka dibutuhkan 122 GBK setahun.”

Continue reading “What Is Your Conscious Green Concept?”

Ada Apa Sih Sebenarnya? – Why The Fuss?

planetearth Global warming. Common issue! Tapi jangan bosan untuk baca tentang ini ya?! Penting! Sudah berapa lama merasakan panas yang luar biasa di lingkungan Anda? Dapat diyakini itu merupakan akibat dari pemanasan global. Apa sih yang dimaksud dengan global warming/pemanasan global ini? Singkatnya adalah meningkatnya suhu rata-rata bumi.

Bumi yang berlapis atmosfer dapat menahan panas bumi, untuk mencegah keadaan bumi menjadi terlalu dingin agar tanaman dapat tumbuh subur.
Namun efek panas yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah melampaui batas wajar, ditambah lagi hutan yang seharusnya bisa menjadi penyelamat karena sifatnya yang dapat menyerap polusi udara, telah sangat mengkhawatirkan keadaannya.

The Ugly Truth [Kompas.com, 29 November 2012 | Ancaman Utama Bumi Bukan Kiamat, Tetapi Manusia] Isu kiamat yang beredar telah membuat banyak orang percaya dan bahkan membuat mereka sulit tidur. Mulai dari kalender suku Maya, benda langit yang akan menghantam Bumi dan badai Matahari yang mematikan. Pihak NASA merasa perlu meluruskan dan menyarankan agar manusia lebih baik fokus pada masalah Bumi yang memang sedang dihadapi saat ini, seperti perubahan iklim. “Ancaman terbesar Bumi pada tahun 2012, pada akhir tahun dan di masa depan, adalah dari ras manusia itu sendiri.” kata Adams, pakar Matahari dari NASA. “Jika manusia tidak berubah, perubahan iklim tak terelakkan, kepunahan banyak spesies makhluk hidup niscaya terjadi.”

Semakin banyak saya mencari tahu berita-berita mengenai alam dan lingkungan, semakin pusing kepala saya. Ini menandakan bahwa mayoritas penduduk dunia menetap didalam ketidak seimbangan pola hidup, ingin mendapat dan mengambil lebih dari alam namun disisi lain begitu sedikitnya sumbangsih untuk alam.

Ada beberapa pertanyaan yang saya jabarkan disini. Apa jawaban Anda?
Mengapa harga-harga perlahan merangkak naik tapi pasti? Mengapa sekarang persoalan banjir lebih sering terjadi? Mengapa cuaca berubah ekstrim? Mengapa banyak satwa liar masuk ke pemukiman warga? Mengapa banyak satwa dikategorikan sebagai satwa yang hampir punah? Mengapa ada kelangkaan air bersih?

Penyebab utamanya sudah tentu adalah manusia. Iya, kita, saya dan Anda. Jumlah manusia yang kian meningkat, mengikis variasi flora-fauna dan merusak keseimbangan ekosistem alam. Lahan hijau beralih fungsi, terpakai untuk perumahan, perkantoran, tempat perbelanjaan, ruas-ruas jalan, pertanian, peternakan dan lain-lain. Pada hakekatnya manusia butuh oksigen, yang tentu saja pohon-pohon dari lahan hijau yang dapat menghasilkannya. Tapi kenyataannya, makin lama, batu bata dan beton yang merajalela. Lahan hijau juga berfungsi sebagai penahan bencana karena akarnya dapat menyerap air kala hujan dating. Namun saksikan saja sendiri, sepanjang tol Jagorawi, hanya dalam jangka pendek, begitu banyaknya fasilitas peristirahatan yang dibangun. Lalu kalau awal tahun ini Jakarta terkena banjir hebat, pengalihan fungsi lahan hijau adalah salah satu sebabanya.

Di pulau  Sumatra dan Kalimantan, satwa liar tersingkir dari habitatnya sendiri, karena pembalakkan hutan untuk kepentingan manusia. Menyedihkan! Padahal satwa-satwa itu juga butuh tempat tinggal yang layak, bukan?!

Oksigen yang menjadi sumber kehidupan kita juga sudah sedikit banyak terampas oleh karbondioksida yang membabi buta. Banyak sekali bangunan berdiri tanpa menyisakan satu meter persegipun untuk ditanami pohon. Pohon yang berguna untuk menyerap karbondioksida ditiadakan. Tidak ada tempat berteduh selain nyamannya AC. Adanya pelepasan CFC ke udara saat AC dinyalakan dapat menipiskan lapisan ozon bumi, ditambah lagi beban pemakaian listrik yang sebagian besar pasokan listriknya berasal dari pembakaran batu bara yang ikut menyumbang karbondioksida dalam jumlah besar. Polusi udara juga berasal dari hembusan napas manusia dan hewan, asap kendaraan bermotor, asap pabrik dari bidang perindustrian, gas metana hewan ternak, pembakaran lahan untuk berladang serta pembakaran sampah.

Jadi, sudah pasti amat sangat banyak macam aktivitas kita berkontribusi pada pemanasan global ini. Mulai dari menonton TV, charging batteries, merokok, mengkonsumsi daging, berkendaraan bermotor, menjalankan  bisnis, menggunakan AC, dan lain-lain.

Seharusnya manusia dilarang mengeluh atas perubahan iklim di bumi ini, termasuk saya, karena manusia juga yang menjadi penyebabnya. Sudah sepantasnya manusia melakukan hal nyata untuk mengikis keluhan-keluhannya itu.

Making changes means saving lives, lives of ourselves and OTHERS. Kasihan kan satwa liar, terlebih lagi yang hidup pada suhu beku. Rumah mereka akan hilang kalau kita, manusia, tidak bergeming dan melakukan perubahan.

Probably not directly by our hands, but we are killing animals’ lives!

Akses air bersih yang tidak merata. Pembangunan berbagai tempat tidak penting, amat sangat membuang-buang air. Tanah dikeruk, tiang pancang ditanam, beton dipadatkan. Mau menyerap kemana air, saat hujan datang? Akan bagaimana persediaan air bersih kita nantinya?

Hutan hujan Indonesia adalah salah satu dari beberapa hutan sejenis di dunia. Hutan yang tadinya keren karena adanya berbagai macam jenis flora dan fauna. Pohon-pohon usia puluhan atau bahkan seratus tahun lebih sudah menancapkan akarnya, siap menyerap air kala hujan turun, mencegah banjir dan longsornya tanah, melepas oksigen dan tentunya sebagai rumah bagi satwa liar yang mendiami hutan tersebut.

Namun bagaimana wujudnya sekarang? Pohon ditebang demi keuntungan bisnis semata. Bisnis kertas dan furniture hanya dua contoh dari sekian banyak peluang bisnis berbahan baku kayu yang ada. Pengeksploitasian oleh manusia yang akibatnya pasti akan dirasakan oleh manusia, yang berimbas pada makhluk hidup Tuhan lain yang tidak bersalah. Kurang besar apa lagi kerusakan yang kita sebabkan sendiri?. Beberapa jenis satwa seperti gajah dan harimau Sumatra, badak Jawa, orangutan sedang menuju kepunahan apabila kita terus memburu dan memangkas tempat tinggal mereka.

Dan tahukah Anda bahwa Gurun Sahara di Afrika masa lalu adalah sebuah hutan?. Ya, fakta berbicara. Hijau-hijau hutan telah binasa karena peradaban manusia. Apa Anda ingin daerah gurun menjadi bagian dari Indonesia?. Saya jelas tidak menginginkannya!.

Penambangan hasil bumi yang merusak lapis demi lapis tanah, digali sampai 500 meter kedalamannya, bahkan bisa lebih. Diameter lingkaran dapat mencapai 1 kilometer. Wow, benar-benar angka yang tidak disangka. Dampaknya besar bagi lingkungan, adanya pencemaran air dan pencemaran tanah oleh zat kimia yang sebagai contohnya dalam penambangan emas. Dibutuhkan merkuri sebagai media untuk mengikat emas.

Persediaan minyak bumi yang dipaksa untuk mencukupi kebutuhan manusia. Minyak mentah yang masih diolah untuk menjadi bahan turunannya, seperti bensin, masih menjadi bahan bakar dari mayoritas alat dan kendaraan bermesin. Manusia sudah dalam fase kecanduan bensin. Seperti yang dilansir dalam sebuah media online, minat beli masyarakat akan mobil tetap tinggi. Buktinya, penjualan mobil di Indonesia pada semester pertama tahun 2012 naik 25%, yaitu sebesar 525,692 unit mobil, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011 yang hanya 419.665 unit. Kendaraan dengan fitur canggih, dan mungkin saja lebih irit bahan bakar, memicu daya beli masyarakat. Solusi pada penekanan konsumsi BBM alias irit, tidak tercapai. Ruas jalan tambah padat, udara tambah berpolusi, pabrik mobil terus saja memproduksi yang mana terus memakai energi dan memakan sumber daya alam kita. Iya, kaitannya memang ada, antara segala hal yang kita gunakan, pakai maupun sebagai asupan dengan menipisnya sumber daya alam Indonesia, pada khususnya.

Bukan hanya kendaraan bermotor yang butuh bensin, namun ada pula peralatan pertanian, mesin-mesin pabrik memakai bensin. Kaitan panjangnya berujung pada pangan. Makanan yang tersaji di meja makan melalui proses panjang, dari sawah, kebun, pabrik, pasar, toko dan seterusnya. Semua membutuhkan bensin dalam beberapa tingkat prosesnya, misalnya mesin penggiling padi atau menjalankan traktor. Kita, sebagai konsumen bahkan harus pergi dengan mobil atau motor untuk berbelanja, yang lagi-lagi membutuhkan bensin.
Apa yang terjadi pada manusia saat sumber daya alam yang terbentuk dalam kurun waktu jutaan tahun itu habis?. Kematian sebelum waktunya karena kelaparan.

Produsen pangan tidak dapat lagi memproduksi, apalagi konsumen yang hanya dapat membeli bahan makanan atau makanan. Lalu apa guna dari materi yang lebih dari cukup, pendidikan yang tinggi, solidaritas sesama manusia dan kecintaan pada Yang Maha Kuasa, apabila kurangnya rasa memiliki bumi ini?.

“Educating the mind without educating the heart is no education at all.” – Aristotle-

Memang banyak penciptaan dari bahan bakar alternatif (yang dapat diperbaharui) untuk konversi bahan bakar dari minyak bumi, namun belum menjadi produksi masal yang mana diseluruh dunia sudah dapat dipergunakan. Maka energi alternatif tersebut belum juga dapat untuk segera diandalkan. Kita masih harus melakukan upaya-upaya pribadi agar sumber daya alam minyak bumi dapat berkurang secara perlahan.

There are still long list of Earth’s issues madness around us. Go search for them, read, think and do something.

Our Earth is sick, exhausted.

Mari bayangkan jika ada seseorang yang sehat bugar, namun dipaksa untuk merokok terus-menerus (perumpamaan dari polusi udara), hanya boleh minum sedikit air (perumpamaan dari krisis air), diberi makan hanya junk food (perumpamaan dari sampah), dioperasi dan diambil salah satu ginjalnya (perumpamaan dari exploitasi sumber daya alam). Dalam waktu berapa lama kira-kira orang ini akan bartahan hidup sampai jatuh sakit dan akhirnya meninggal, jika tidak ada perawatan khusus terhadap dirinya?. Sama halnya dengan bumi kita.

If only less people who care than more who being ignorant,how is She going to survive?

Ada yang dapat kita lakukan dari sisi pribadi dan rumah tangga masing-masing,saat para pebisnis mengembangkan sayapnya dibidang pembangunan pusat perbelanjaan, saat bumi digali terus-menerus agar tambang harta menghasilkan kemapanan, hutan digunduli demi kesuksesan usaha, air dicemari karena ketidak tahuan atau hanya tidak peduli. Tentu saja bersumbangsih, sekarang! Menyesallah, karena sekarang akan lebih berat usaha kita untuk memperbaiki bumi ini.

“If not us, who? If not now, when?”-John F. Kennedy-

 

Earth is our home, and it must stay sustainable.